Kebiasaan yang sering dilakukan orangtua yaitu lebih sering memusatkan perhatian pada sisi negatif yang di lakukan ananda. Padahal orang renta bukan “polisi” yang hanya bertugas mencari kesalahan anak dan menghukumnya, bukannkah lebih baik mencari kebaikan anak dan memberinya kebanggaan daripada memberinya hal-hal berupa kemarahan.
Sebelum menciptakan aturan orang renta hendaknya mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak. Jangan diukur dengan ukuran orang dewasa. Orangtua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan dunia orang dewasa.
Terkadang para pendidik dan orang renta lupa tidak menawarkan pujian, ciuman, senyuman, anggukan kepala, bahkan menolehpun tidak, ketika anaknya mandi sempurna waktu dan bias sendiri, ketika anak sanggup membuang bungkus permen di daerah sampah, atau ketika sesekali menutup pintu dengan pelan.
Yang justru sering dilakukan orang renta yaitu memperhatikan ananda hanya ketika ananda atau anak membanting pintu, menumpahkan minuman di lantai, mengotori dinding dengan kakinya. Yang terjadi kemudian yaitu ketidak seimbangan perhatian nyata dengan negatif, tidak sebanding dengan sedikitnya perhatian positif.
Pengaruh banyaknya perhatian dari sisi negative pada anak sanggup memunculkan anak kelompok penentang. Kelompok ini sanggup digolongkan dalam 3 tipe yaitu:
Pertama, tipe penentang aktif, mereka (ananda) menjadi keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua.
Kedua, tipe pemberontak dengan cara halus, sadar bahwa badan kecilnya tak bisa menandingi kekuatan “polisi” yang tak lain orang tuanya sendiri.
Ketiga, tipe selalu terlambat, bawah umur ibarat itu gres mau mengerjakan suatu perintahsetelah lebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, murka dan mengomel alasannya yaitu kemalasannya. Mereka juga seringkali tergopoh-gopoh ketika berangkat sekolah bahkan mereka terlambat bukan alasannya yaitu banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan tetapi mereka sengaja terlambat.
Post a Comment