Memahami contoh pikir anak susah-susah gampang. Beda usia, beda pula cara berpikirnya. Simak klarifikasi Roslina Verauli, M. Psi, praktisi Tumbuh Kembang RS Pondok Indah, soal perkembangan cara berpikir anak dan bagaimana cara menghadapi mereka dengan bijak.
Sejak anak lahir dan berkembang, ada proses kognitif yang terjadi pada dirinya. Proses-proses kognitif meliputi acara berpikir, menalar, berguru dan memecahkan masalah. Orangtua yang ingin memahami jalan pikir anak, tentu harus mengetahui perkembangan umum kognitif mereka di setiap tahapan usia.
Usia 0 – 2 tahun
Di usia 0 – 2 tahun, anak sudah mulai memersepsi dan bertindak. Perkembangan itu sanggup dilihat dari perkembangan motorik mereka. Misalnya, di usia 0 – 1 bulan, kemampuan motorik mereka sebatas melatih refleks yang sudah ada. Contohnya mengisap puting ibu ketika menyusu. Pada usia 1 – 4 bulan, bayi sudah bisa mengulang tindakan ibarat membuka dan menutup telapak tangan. Usia 4 – 8 bulan, anak mulai merespon untuk menuntaskan masalah. Misalnya, memindahkan epilog untuk mengambil mainan. Usia 12 – 18 bulan, anak mulai tertarik pada huruf sebuah mainan untuk melihat bagaimana mainan bisa berfungsi. Usia 18 – 24 bulan, anaka mulai mengunakan bahasa dan simbol warna-warna dan bentuk-bentuk benda atau nama-nama binatang. Ekspresi anak mulai terlihat dengan jelas.
Cara menghadapi:
Orang renta harus merangsang anak lebih kreatif dalam berpikir. Contoh, pada bayi yang menangis ingin menyusui, latih mereka untuk menemukan puting si ibu. Selain itu, orang renta juga harus intens membangun ikatan emosi dengan si anak. Contoh, ketika menyusui, peluklah anak dengan hangat dan menawarkan tepukan lembut serta bernyanyilah dengan gembira. Ketika anak menangis , orang renta harus segera berespon. Dengan begitu anak mempunyai rasa percaya dan kondusif bahwa ketika beliau butuh bantuan. Jadi, semakin intens Anda mengasuhnya langsung, semakin berpengaruh pula ikatan emosional antara Anda dan buah hati.
Usia 3 – 5 tahun
Anak-anak usia 3 – 5 tahun sudah mulai berespon menghadirkan setiap pengalamannya secara mental dengan mengunakan bahasa. Mereka juga lebih imajinatif dalam bermain. Mulai suka main guru-guruan, panggung boneka dan mulai suka menonton televisi. Di usia ini, anak harus bisa membedakan orang abnormal dan orang dekat. Dia harus mengerti bagaimana bersikap kepada orang yang beliau kenal atau orang asing.
Cara menghadapi :
Penolakan-penolakan yang sudah mulai dilakukan anak kepada ibu yakni hal wajar. Yang harus dilakukan, ketika anak menolak untuk hal-hal disiplin (makan, mandi dan belajar), kita perlu melaksanakan perundingan sederhana. Kasih mereka pilihan dan konsekuensi. Contoh, jikalau anak menolak makan, negosiasikan padanya kapan beliau akan menunda waktu makan dan berikan pilihan atau konsekuensi jikalau beliau tidak menepati janjinya.
Usia 6 – 12 tahun
Perkembangan kognitif yang menonjol, mereka berpikir lebih kompleks dan mulai memasuki pendidikan formal. Kehidupan sosial anak usia ini lebih mengutamakan pertemanannya. Berteman itu penting untuk membantu mereka bersosialisasi dengan lingkungan. Usia ini anak sudah mulai punya rahasia.
Cara menghadapi:
Pastikan anak tidak hanya sekedar berguru dibangku sekolah. Bangun konsep impian pada beliau semoga beliau menjalani hidup dengan tujuan. Tetapi ingat, anak bukan perpanjangan tangan profesi kita yang gagal. Berikan pengetahuan yang seluas-luasnya soal pilihan cita-cita. Tak perlu cemburu jikalau anak lebih menentukan bermain dengan temannya dari pada berkumpul dengan keluarga. Justru, orang tualah yang seharusnya mendorong mereka untuk mempunyai sobat dan bersosialisasi. Bisnis Online
Post a Comment